Wednesday, December 10, 2014

Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

           Fuel sel adalah piranti yang mengubah secara langsung energi dalam suatu reaksi kimia menjadi energi listrik.  Struktur dasar dari fuel sel terdiri atas sebuah lapisan elektrolit yang diapit oleh elektroda berpori di masing-masing sisinya. Bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan fuel sel umumnya adalah gas hidrogen (H2), dan reaksi kimia yang berlangsung di dalam sistem fuel sel ditunjukkan pada Gambar.
 
Gambar : Skema dan reaksi elektrokimia fuel sel

          Bahan bakar pada fuel sel (hidrogen ataupun metanol) disuplai secara kontinyu pada anoda (elektroda negatif) dan zat oksidan (yakni oksigen di udara) dialirkan secara kontinyu pada kompartemen katoda (elektroda positif). Pada kedua elektroda tersebut reaksi elektrokimia akan berlangsung dan menghasilkan arus listrik.
        Suatu fuel sel, walaupun memiliki komponen dan karakteristik yang mirip dengan batere pada umumnya, sebenarnya memiliki perbedaan di beberapa aspek. Batere adalah piranti penyimpan energi. Energi maksimum yang tersedia ditentukan oleh jumlah reaksi kimia yang tersimpan dalam batere itu sendiri. Batere akan berhenti menghasilkan energi listrik ketika zat-zat kimia yang bereaksi habis terpakai. Dalam batere sekunder, zat reaktan mengalami regenerasi setelah dilakukan proses charging, yang merupakan proses pemasokan energi batere dari sumber energi luar. Sementara itu, secara teori fuel sel merupakan piranti pengkonversi energi yang memiliki kemampuan menghasilkan energi listrik selama bahan bakar dan oksidan tetap disuplai ke elektroda.
        Perlu dicatat bahwa ion-ion dan arah transportasinya dapat mengubah kondisi sistem, tergantung tempat terjadinya pembentukan dan pengeluaran air.  Ion dapat berupa ion negatif atau positif, yang berarti pembawa muatan bisa positif atau negatif. Bahan bakar ataupun gas oksidan mengalir melewati permukaan anoda atau katoda dan menghasilkan energi listrik melalui oksidasi elektrokimia dari bahan bakar, biasanya hidrogen, dan reduksi elektrokimia pengoksidan, yakni oksigen. Gas hidrogen menjadi pilihan bahan bakar yang paling banyak dipakai, karena reaktifitasnya yang tinggi ketika bersama suatu katalis yang cocok, dapat diproduksi dari hidrokarbon untuk aplikasi terestrial, dan  densitas energi yang tinggi ketika disimpan untuk aplikasi lingkungan yang tertutup, seperti di ruang angkasa. Adapun pengoksidan yang paling umum adalah oksigen, yang telah tersedia dari udara untuk aplikasi terestrial, dan juga mudah disimpan dalam tempat yang tertutup. Sebuah tiga fase interface yang terbangun dalam fuel sel yang terdiri dari reaktan, elektrolit, dan katalis yang berada di daerah elektroda berpori. Sifat dari antarmuka ini memainkan perana penting dalam kinerja elektrokimia fuel sel, khususnya pada fuel sel yang menggunakan elektrolit cair. Dengan tipe fuel sel seperti itu, gas reaktan berdifusi melewati lapisan elektrolit yang membasahi bagian berpori elektroda dan bereaksi secara elektrokimia di permukaan elektroda. Jika elektroda berpori mengandung elektrolit dalam jumlah besar, elektrolit dikatakan mengalami flood dan menghambat pengangkutan gas dalam fase elektrolit menuju tempat reaksi. Konsekuensinya adalah terjadinya penurunan kinerja proses elektrokimia elektroda. Oleh karena itu, keseimbangan yang baik harus dipertahankan diantara elektroda, elektrolit, dan fase gas dalam struktur berpori elektroda. Banyak usaha terhadap pengembangan teknologi fuel sel dilakukan untuk mengurangi ketebalan komponen sel dengan memperbaiki struktur elektroda dan fase elektrolit, dengan tujuan untuk menghasilkan proses elektrokimia yang lebih tinggi dan stabil, serta mengurangi biaya produksi.
Elektrolit tidak hanya mentransport reaktan terlarut menuju elektroda, tetapi juga menghantarkan ion-ion diantara elektroda, dengan demikian melengkapi rangkaian listrik fuel sel. Elektrolit juga menyediakan suatu perintang (barrier) untuk mencegah aliran bahan bakar dan gas pengoksidan agar tidak terjadi pencampuran langsung.
       Fungsi elektroda berpori dalam fuel sel yakni: 1) menyediakan daerah permukaan dimana reaksi ionisasi atau de-ionisasi gas/cairan dapat berlangsung,  2) menghantarkan ion menuju antarmuka tiga fase saat ion-ion tersebut terbentuk (sehingga suatu elektroda harus terbuat dari materual yang memiliki konduktivitas listrik yang bagus), dan 3) menyediakan perintang  yang memisahkan fase gas dalam bentuk bulk dan elektrolit. Dalam rangka meningkatkan laju reaksi, material elektroda juga harus bersifat katalitik disamping bersifat konduktif dan juga berpori. Fungsi katalitik elektroda lebih penting pada fuel sel temperatur rendah dan kurang penting pada temperatur tinggi karena laju reaksi ionisasi meningkat seiring meningkatnya temperatur. Elektroda berpori juga harus permeabel terhadap elektrolit maupun gas, tetapi harus dikontrol agar tidak mudah terjadi “flood” oleh kelebihan elektrolit ataupun disisi lain tidak mengalami kekeringan oleh adanya gas.


No comments: